kultur jaringan |
Oleh sebab itu teknik ini biasanya sering disebut dengan kultur in vitro yang artinya di dalam kaca, karena jaringan ini dikembangbiakkan di dalam botol berbahan kaca dengan kondisi tertentu. Teori dasar dari teknik tanaman kultur jaringan ini adalah totipotensi. Isi dari teori ini adalah, bahwa setiap bagian tumbuhan dapat berkembang biak sebab semua bagian tumbuhan terdiri dari jaringan-jaringan hidup. Dengan demikian seluruh organisme baru yang sudah ditumbuhkan akan mempunyai sifat yang serupa dengan induknya.
Ada 2 penggolongan media tumbuh untuk tanaman kultur jaringan yaitu media cair dan media padat. Media cair merupakan nutrisi yang dicampurkan di air. Media cair bisa bersifat tenang / dalam kondisi yang selalu bergerak, tergantung dari kebutuhan. Untuk media padat biasanya berupa padatan gel, yang teksturnya seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan ke dalam agar. Komposisi yang digunakan untuk media dalam kultur jaringan bisa berbeda sesuai kebutuhan. Perbedaan komposisi media bisa mengakibatkan perbedaan perkembangan dan pertumbuhan eksplan yang dikembangkan secara in vitro. Media skoog dan murashige sering digunakan sebab cukup memenuhi unsur mikro, makro serta vitamin yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Nutrien yang terkandung di media bermanfaat untuk metabolisme, serta vitamin dari media diperlukan oleh organisme dalam kuantitas sedikit untuk regulasi. Penambahan hormon tumbuhan / zat pengatur tumbuh di jaringan parenkin bisa mengembalikan jaringan ini ke meristematik kembali serta berkembang menjadi adventif yang merupakan tempat dari pucuk, akar, daun dan tunas pada area yang tidak semestinya. Proses ini dikenal sebagai peristiwa dediferensiasi. Metode ini bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu melalui tunas, tunas adventif dan tunas apikal, baik secara langsung ataupun melalui pembentukan kalus. Sekian ulasan dari saya tentang tanaman kultur jaringan.
No comments:
Post a Comment